ACEHMEDIART.COM - Sebuah organisasi yang berbasis kebudayaan yang menitik beratkan program terhadap pelestarian, pendidikan dan penge...
ACEHMEDIART.COM - Sebuah organisasi yang berbasis kebudayaan yang menitik beratkan program
terhadap pelestarian, pendidikan dan pengembangan seni budaya Aceh dengan
sumber dana swakelola. Lembaga Seulanga telah
menghasilkan banyak kegiatan yang bermutu, hal tersebut merupakan contoh
kongkrit terhadap langkah-langkah upaya pelestarian, pendidikan (sejarah) kebudayaan Aceh pada Program pelestarian yang di rancang dalam
lembaga oleh ini.
Untuk kesekian kalinya Lembaga Seulanga dengan inovasi kreatifnya
kembali mengusung pertunjukan dengan tema “Jejak
Perjuangan Mutira Rimba-Tjoet Njak Meutia”. Sejarah masa lalu pada awal
abad ke 18 Masehi, dimana Sejak kerajaan Belanda mengeluarkan maklumatnya untuk
memerangi kerajaan Atjeh. Generasi-generasi terbaik Atjeh pada saat itu
menyahutinya dengan penuh suka cita. Terbersit di setiap hati para mujahid ladang
jihat terbuka lebar di tanoh indatu
ini . Teuku Umar Johan Pahlawan, Tjoet Nyak Dhien, Panglima Polem dan ribuan
mujahid nanggroe ini telah memberikan
pelajaran terbaiknya tentang tekat dan
keteguhan hati dalam memperjuangkan Agama dan harga diri sebuah bangsa. Perang
yang berkecamuk hingga puluhan tahun Adalah
perang yang terlama dan terpanjang dalam sejarah Kolonial Belanda
Pesisir utara Atjeh tahun 1901 Tjoet Njak Meutia dan
suaminya Teuku Chik Tunong. Mengambil alih estaped perjuangan, dan Membuka front perlawanan melawan penjajah
Belanda Yang berbasis di daerah Pasai. Dibawah komando perang para mujahid
negeri ini melakukan gerilya di seluruh kawasan. Belanda pun merasakan betapa
gigihnya kilatan pedang dan tikaman rencong para pejuang. perjuangan
panjang dalam medan jihad ini pula Teuku Chik Tunong tertangkap dan akhirnya
syahid di ujung peluru pasukan tembak Belanda. Inilah sekilas penggalan ilustrasi peristiwa yang sedang dikemas lewat
media pertunjukan dan multimedia oleh lembaga Seulanga.
Lembaga Seulanga bekerja sama dengan pihak Taman Seni dan
Budaya Aceh. acara yang di sponsori oleh pihak Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Direktorat Kesenian akan menggelar
pertunjukan ini dalam waktu dekat. Keberhasilan ini merupakan dukungan dari
seluruh masyarakat Aceh serta instansi-instansi terkait lainnya. Baik dukungan
pikiran, moril dan meteril. Seulanga
hanya memiliki ide dengan daya pengembangan yang strategis tentang pelestarian,
pengembangan dan pendidikan seni budaya Aceh.
Turut berpartisipati dalam acara ini antara lain: Tim
produsi: 1. Pimpinan Produksi (The Green Theter “Lembaga Seulanga), 2.
Pendanaan (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal
Kebudayaan, Direktorat Kesenian), 3. Fasilitator (Taman Seni Budaya Aceh), 4.
Humas (Dody Sanjaya), 5. Penulis Naskah (Kaka Zaffana), 6. Sutradara (Afrimer),
7. Astrada (Winda Utami), 8. Stage Manager (Nuqrasyi Diauddin), 8. Penata Musik
(Zulkifli), 9. Penata Artistik (Mustafa Kemal), 10. Multi Media (Riadi
Zulfahmi), 11. Penata Lighting (Mek’s), 12. Penata Rias (Intan Mauliza), 13.
Penata Busana (Fauzul). 14. By Desain (Teuku Ilyas.
Aktor pada pertunjukan ini antara lain: Teuku Chik Tunong (Hamdani Chamsyah), Tjoet Njak
Meutia (Cut Raudhatul Jannah), Teuku Raja Sabi (Rahmad Reda), Pang Nanggroe
(Ichsan Mantovani), Teuku Syekh Buawah (Muhammad Sukri), Teuku Chik Paya Bakong
(Rizki Tullah), Pang Gadeng (Said Farhamdi), Teuku Muda Ganto (Muhammad Rizal),
Spionase (Andre Alta Ziaulfata), Gubernur Militer Aceh G. C. V. Daalen (Mirja
Irwansyah), Jenderal H. N. A. Swart (Aan Risnanda Valevi), Letnan Van Vuuren
(Arif Munandar). ***Dedykalee